Bahaya Buruk Sangka
(Lenny Oktaviana Dewi, S.Pd)
Pernahkah ada saat kita merasa
pertolongan Allah itu tidak kunjung datang menghampiri kita? Atau kegelisahan
hati yang tak jua reda. Meredam jiwa dengan berbagai cara, tapi beban yang
menghimpit tak jua sirna. Hari-hari terasa panjang dan membosankan, meniti
detik dan menit tersiksa batin. Memandang dunia begitu menghimpit, langit
seakan runtuh, bumi enggan dipijak dan alam panas membara tak ada semilir
kesejukan yang meniup bahagia. Waspadalah, mungkin kita telah salah maletakkan
prasangka…..
“Wahai
orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain,
dan janganlah ada di antara kamuyang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada
di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat,
Maha Penyayang.” (QS. Al Hujuraat:12)
Mungkin, kita telah mencicip
bangkai, Naudzubillah… lisan kita tersandung gunjing. Membicarakan aib sesama.
Terus berlanjut, karena renyah memang membicarakan kekurangan orang lain.
Apalagi orang yang kita anggap pesaing kita. Astaghfirullah…. Rasulullah
sendiri yang mewanti-wanti agar kita menjauhi gunjing, karena ia lebih hina
dari zina. Kalau pelaku zina Allah langsung menerima tobatnya, maka penggunjing
harus meminta keridhoan orang yang digunjing.
Maka tafakurlah sejenak, inilah
saat kita perbaiki kualitas diri lebih baik lagi dari jejak kemarin. Menata
lisan agar tidak tergelincir, menata hati agar terpadu fikir. Betapa gunjing,
ghibah, dan buruk sangka menjadikan siksa batin dan jiwa. Menghalangi langkah
lempang kita menuju bahagia dunia dan negeri akherat.
Inilah
dampak yang akan terasa:
1. Jauh dari kasih
sayang Allah
Kasih sayang Allah adalah segala-galanya. Maka betapa meruginya kita
yang kehilangannya. Betapa mengerikan membayangkan Allah tak lagi berpihak pada
kita. Betapa menyedihkan hidup kita tanpa kasih sayangNya. Betapa Arrahman dan
Arrahiimnya perlahan tapi pasti tak lagi kita rasakan dalam hari-hari kita.
Maka wajarlah, pertolongan itu tak kunjung menghampiri. Sempit dada dan gelisah
batin meski dunia ada dalam genggamannya.
2. Malaikat enggan
berkawan dengannya
Masih teringat nasihat Ali Mutawali Ali kepada para perempuan, agar kita
merasakan kebersamaan malaikat? Diantaranya beliau berpesan agar kita memiliki
budi pekerti yang mulia berkat ketenangan, toleransi , suka memaafkan, kasih
sayang dan ketaqwaan. Maka insyaallah malaikat akan berkawan. Tapi sebaliknya,
bila jiwa kita mudah menyalahkan, memandang buruk kebaikan, terparah prasangka
terkotor nista, maka malaikat akan enggan berkawan.
3. Terlepasnya
badan dengan nyawa terasa pedih
Rasulullah merasakan sakit saat sakaratul maut, dan beliau rela
merasakannya asal umatnya tidak merasakan seperti yang beliau rasakan. Padahal
beliau adalah orang yang terampuni segala dosa, terjamin syurga dan kebahagiaan
negeri akherat. Tapi lihatlah detik-detik terakhir kehidupan beliau di dunia,
begitu khawatirnya beliau membayangkan umatnya yang bergelimang dosa, terasa
sakit dan pedih saat badan terpisah dengan nyawa. Ummatii…..ummatii…. Maka jauhilah
prasangka yang menjurus ghibah dan gunjing yang tiada habis menyiksa batin.
4. Terjerumus ke
dalam neraka
Mengapa harus menjalani derita tak tertanggung di negeri keabadian?
Marilah berlindung kepadaNya, terjauhkan siksa abadi, menderita batin lebih
parah lagi. Naudzubillahi min dzalika…. Sederhana tapi menyiksa.
5. Jauh dari
Syurga
Mengetuk pintu syurga dengan ghibah dan buruk sangka? Nanti
dulu,…jangankan mengetuknya, mendekatinya pun belum tentu. Jalannya tertutup
rapat untuk para penggunjing, penyebar fitnah dan penikmat ghibah.
Maaf….silahkan lewat. Betapa ruginya kita.
6. Merasakan
beratnya siksa kubur
Menanti tertiup sangkakala saat hari perhitungan tiba yang terasa
menyiksa. Setiap hari terhantam gada dan palu malaikat penjaga kubur. Badan
hancur dikandung tanah, jiwa teraniaya, sakit tiada terkira. Akibat dosa yang
tak jua kita menyadarinya. Semudah lisan menggunjing dan hati berprasangka,
semudah itu pula malaikat menyiksa. Menghimpit kubur dan menggelontor dera. Naudzubillahi
min dzalika….
7. Kehilangan amal
baiknya di dunia karena terhapus dosa ghibah
Kelak ada orang yang menerima kitab amal baiknya padahal dia tidak
pernah melakukannya. Ternyata setelah ditanyakan, nyatalah bahwa,” Ini adalah
amal orang-orang yang menggunjingmu ….”
Hasan Al Basri bahkan pernah memberikan suguhan senampan penuh kepada
orang-orang yang menggunjingnya. Ia berterima kasih, karena bertambahlah amal
baiknya atas gunjingan orang lain.
8. Jiwa Nabi SAW
sakit akan ghibah
Betapa Nabi SAW menyanyangi kita umatnya. Dan relakah kita menyakitinya,
karena rapuhnya lisan kita mengekang hawa nafsu. Tersungkur malu, jiwa yang
khianat mengaku mencintainya tetapi tak terkendali mengekang batin dari
buruknya sangka dan renyahnya dusta.
9. Allah marah
kepadanya
Kalau Allah marah, marahlah seluruh penduduk langit dan bumi. Kemana
lagi kita kan sembunyi. Sedangkan semua adalah kepunyaanNya. Mampukah kita
menanggung derita, atas perbuatan kita sendiri?
10. Menipis amal
baiknya di hadapan Allah saat akan mendekati
mizan
Apa lagi yang akan kita banggakan di hadapan Allah. Amal baik yang hanya
secuil itu harus tergerogoti satu-satu karena terhapus oleh dusta lisan kita.
Gunjing, ghibah, namimah, dan buruk sangka, menipiskan amal kebaikan yang sudah
susah payah kita membangunnya. Relakah
dirimu, mengikuti segolongan orang. Mereka membawa bekal sedangkan tanganmu
hampa.
Sekali
lagi, tafakurlah sejenak mengingat diri,”Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka
(yang diperolok-olokkan lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan
pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)perempuan yang lain. (karena) boleh
jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
perempuan-perempuan (yang
mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah
saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk (panggilan)
adalah panggilan yang buruk (fasik), setelah beriman. Dan barang siapa yang
tidak bertobat, maka itulah orang-orang yang dzolim. (QS. Al Hujuraat: 11)
Lalu
nasehat mana lagi yang akan kita ikuti, selain pengingat dari Allah Rabbul
Izzati? Masihkah mudahkan diri, terlepas kendali mengekang lisan dan menjaga
hati. Singkirkan nafsu baikkan budi. Mari kita mulai….!
Malang,
Feb 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar