Senin, 20 Februari 2012

Bahaya Buruk Sangka


Bahaya Buruk Sangka
(Lenny Oktaviana Dewi, S.Pd)
                Pernahkah ada saat kita merasa pertolongan Allah itu tidak kunjung datang menghampiri kita? Atau kegelisahan hati yang tak jua reda. Meredam jiwa dengan berbagai cara, tapi beban yang menghimpit tak jua sirna. Hari-hari terasa panjang dan membosankan, meniti detik dan menit tersiksa batin. Memandang dunia begitu menghimpit, langit seakan runtuh, bumi enggan dipijak dan alam panas membara tak ada semilir kesejukan yang meniup bahagia. Waspadalah, mungkin kita telah salah maletakkan prasangka…..
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamuyang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”  (QS. Al Hujuraat:12)
                Mungkin, kita telah mencicip bangkai, Naudzubillah… lisan kita tersandung gunjing. Membicarakan aib sesama. Terus berlanjut, karena renyah memang membicarakan kekurangan orang lain. Apalagi orang yang kita anggap pesaing kita. Astaghfirullah…. Rasulullah sendiri yang mewanti-wanti agar kita menjauhi gunjing, karena ia lebih hina dari zina. Kalau pelaku zina Allah langsung menerima tobatnya, maka penggunjing harus meminta keridhoan orang yang digunjing.
                Maka tafakurlah sejenak, inilah saat kita perbaiki kualitas diri lebih baik lagi dari jejak kemarin. Menata lisan agar tidak tergelincir, menata hati agar terpadu fikir. Betapa gunjing, ghibah, dan buruk sangka menjadikan siksa batin dan jiwa. Menghalangi langkah lempang kita menuju bahagia dunia dan negeri akherat.
Inilah dampak yang akan terasa:
1.       Jauh dari kasih sayang Allah
Kasih sayang Allah adalah segala-galanya. Maka betapa meruginya kita yang kehilangannya. Betapa mengerikan membayangkan Allah tak lagi berpihak pada kita. Betapa menyedihkan hidup kita tanpa kasih sayangNya. Betapa Arrahman dan Arrahiimnya perlahan tapi pasti tak lagi kita rasakan dalam hari-hari kita. Maka wajarlah, pertolongan itu tak kunjung menghampiri. Sempit dada dan gelisah batin meski dunia ada dalam genggamannya.
2.       Malaikat enggan berkawan dengannya
Masih teringat nasihat Ali Mutawali Ali kepada para perempuan, agar kita merasakan kebersamaan malaikat? Diantaranya beliau berpesan agar kita memiliki budi pekerti yang mulia berkat ketenangan, toleransi , suka memaafkan, kasih sayang dan ketaqwaan. Maka insyaallah malaikat akan berkawan. Tapi sebaliknya, bila jiwa kita mudah menyalahkan, memandang buruk kebaikan, terparah prasangka terkotor nista, maka malaikat akan enggan berkawan.
3.       Terlepasnya badan dengan nyawa terasa pedih
Rasulullah merasakan sakit saat sakaratul maut, dan beliau rela merasakannya asal umatnya tidak merasakan seperti yang beliau rasakan. Padahal beliau adalah orang yang terampuni segala dosa, terjamin syurga dan kebahagiaan negeri akherat. Tapi lihatlah detik-detik terakhir kehidupan beliau di dunia, begitu khawatirnya beliau membayangkan umatnya yang bergelimang dosa, terasa sakit dan pedih saat badan terpisah dengan nyawa.  Ummatii…..ummatii…. Maka jauhilah prasangka yang menjurus ghibah dan gunjing yang tiada habis menyiksa batin.
4.       Terjerumus ke dalam neraka
Mengapa harus menjalani derita tak tertanggung di negeri keabadian? Marilah berlindung kepadaNya, terjauhkan siksa abadi, menderita batin lebih parah lagi. Naudzubillahi min dzalika…. Sederhana tapi menyiksa.
5.       Jauh dari Syurga
Mengetuk pintu syurga dengan ghibah dan buruk sangka? Nanti dulu,…jangankan mengetuknya, mendekatinya pun belum tentu. Jalannya tertutup rapat untuk para penggunjing, penyebar fitnah dan penikmat ghibah. Maaf….silahkan lewat. Betapa ruginya kita.
6.       Merasakan beratnya siksa kubur
Menanti tertiup sangkakala saat hari perhitungan tiba yang terasa menyiksa. Setiap hari terhantam gada dan palu malaikat penjaga kubur. Badan hancur dikandung tanah, jiwa teraniaya, sakit tiada terkira. Akibat dosa yang tak jua kita menyadarinya. Semudah lisan menggunjing dan hati berprasangka, semudah itu pula malaikat menyiksa. Menghimpit kubur dan menggelontor dera. Naudzubillahi min dzalika….
7.       Kehilangan amal baiknya di dunia karena terhapus dosa ghibah
Kelak ada orang yang menerima kitab amal baiknya padahal dia tidak pernah melakukannya. Ternyata setelah ditanyakan, nyatalah bahwa,” Ini adalah amal orang-orang yang menggunjingmu ….”
Hasan Al Basri bahkan pernah memberikan suguhan senampan penuh kepada orang-orang yang menggunjingnya. Ia berterima kasih, karena bertambahlah amal baiknya atas gunjingan orang lain.
8.       Jiwa Nabi SAW sakit akan ghibah
Betapa Nabi SAW menyanyangi kita umatnya. Dan relakah kita menyakitinya, karena rapuhnya lisan kita mengekang hawa nafsu. Tersungkur malu, jiwa yang khianat mengaku mencintainya tetapi tak terkendali mengekang batin dari buruknya sangka dan renyahnya dusta.
9.       Allah marah kepadanya
Kalau Allah marah, marahlah seluruh penduduk langit dan bumi. Kemana lagi kita kan sembunyi. Sedangkan semua adalah kepunyaanNya. Mampukah kita menanggung derita, atas perbuatan kita sendiri?
10.   Menipis amal baiknya di hadapan Allah saat akan mendekati  mizan
Apa lagi yang akan kita banggakan di hadapan Allah. Amal baik yang hanya secuil itu harus tergerogoti satu-satu karena terhapus oleh dusta lisan kita. Gunjing, ghibah, namimah, dan buruk sangka, menipiskan amal kebaikan yang sudah susah payah kita membangunnya.  Relakah dirimu, mengikuti segolongan orang. Mereka membawa bekal sedangkan tanganmu hampa.

Sekali lagi, tafakurlah sejenak mengingat diri,”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)perempuan yang lain. (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan-perempuan  (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk (panggilan) adalah panggilan yang buruk (fasik), setelah beriman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, maka itulah orang-orang yang dzolim. (QS. Al Hujuraat: 11)
Lalu nasehat mana lagi yang akan kita ikuti, selain pengingat dari Allah Rabbul Izzati? Masihkah mudahkan diri, terlepas kendali mengekang lisan dan menjaga hati. Singkirkan nafsu baikkan budi. Mari kita mulai….!





Malang, Feb 12



Tidak ada komentar:

Posting Komentar