Minggu, 14 Agustus 2016

Mendung Merah Jambu

Mendung Merah Jambu

Semakin gelap langit di atas sana
Serasa menggelayut suasana alam raya
Menanti derasnya ruah yang basah

Hati terus berdegup atas limpahan Rahmat yang segera menyerobot pintu angkasa
Menanti detik detik turunnya rintik berbaur asmara
Tiba tiba angkasa serasa memerah jambu
Inilah CintaKu...Kulimpahkan atasmu wahai Hamba HambaKu yang pandai Bersyukur
Oooh, indahnya saat bibir para pendosa beristighfar dan banyak bergumam
Allohumma Shoyyiban Naafi’an

Dan lihatlah pintu rumah diketuk  anugerah
Kuhidangkan syukur dan pelayanan luhur
Para tetamu yang berkunjung penuh cinta dan asmara
Berbaris kami menanti upeti
Satu persatu menutup aib dan menghapus perih durjana
Menambahkan sebait rempah rupiah yang dititipkan agar tersampaikan amanah

Berderai air mata bersimbah cinta
Atas RahmatNya yang tak terkira
Menambah syukur terus agar lebur
Dalam sedalam pilar tauhid terpancang
Bahwa Mendung, Hujan, Deras dan Basah adalah indah
Seindah Mendung Merah Jambu tanpa abu abu



@Ode, 15 Agts 2016




Kamis, 09 Juni 2016

Benderang Bintang
 (saat melepas kalian adalah mengisi ruang rindu di bilik hatiku)


Bintang itu terang tapi tak menyilaukan
Saat dia berkelip, terangnya membuat mata tak berkedip
Bersinar dalam cahaya petunjuk dan arahan
Membuka jalan kegelapan semesta alam

Di tengah sahara
Di gelap samudara
Bintang memberi harapan pada masa yang Allah berikan

Satu hari lagi untuk tebarkan budi
Dalam terang yang berseri

Tetaplah menjadi Bintang di langit
Tetap benderang dalam kebaikan

(Lenny Oktaviana Dewi)

Juni 2016, dalam peluk Ramadhan Karim




Kamis, 26 Mei 2016

Salon Muslimah

Kebutuhan tampil cantik, segar dan sehat adalah pilihan para wanita. Untuk Muslimah, tentu saja tidak mudah mempercantik diri di sembarang tempat. Ada batas batas syar'i yang perlu di jaga. Kegiatan ini sebetulnya bisa dilakukan sendiri di rumah seperti saya. Seperti merawat kulit wajah dengan maskeran buatan sendiri. Atau menicure pedicure ala rumahan. Tetapi kadangkala keterbatasan waktu dan tenaga setelah seharian bekerja untuk wanita aktif tentu tidak semudah wanita yang banyak memiliki waktu luang. 
Hadir di salon atau tempat perawatan kecantikan biasanya menjadi salah satu pilihan wanita aktif tersebut. Tentu saja untuk seorang muslimah dibutuhkan tempat dan pelayanan yang membuat dia nyaman, aman dan semakin percaya diri.

Salah satu pilihan itu adalah hadir di salon yang khusus melayani muslimah. Selain tempatnya yang khusus dan para terapisnya yang juga sesama muslimah diharapkan salon ini juga bisa memberikan nilai lebih berupa hadirnya perasaan bertambahnya iman karena merawat tubuh juga bagian dari ibadah kepada Allah. 





Maka tampil segar untuk beraktifitas kembali selain rajin berolahraga juga merawat tubuh baik luar maupun dalam.
Jangan ragu untuk memilih Almira dalam perawatan kecantikan anda
Almira...senyaman rumah sendiri



Rabu, 02 Maret 2016

Meranggas

Meranggas...

Meski kemarau belum datang
Tapi aku tak mau menunggunya
Jati itu harus ditegakkan lagi
Entah bagaimanapun caranya

Sambil memeluk matahari
Kubisikkan rayuan sepenuh cinta
Sengatkanlah panasmu 
Agar luruh sejuta peluh
Sungguh dosa yang menggelayut ranting ikhlasmu
Memberatkan langkah budi amalku

Biar aku kepanasan kini
Daripada nanti bersimbah nista dalam gulana surga ataukah neraka
Biarkanlah dosaku meranggas asal ringan ayunkan langkah
Menuju titah suci
Hanya mauMu Ilahi

Image result for meranggas pada pohon jati










Image result for muslimah berdoa sambil menangis
@ode
maret16

Selasa, 12 Januari 2016

Agar Cinta Menjadi Tidak Biasa
(Oleh: Lenny Oktaviana Dewi, S.Pd)
Suatu hari….menjelang hari Idul Fitri seorang anak tampaknya sangat sedih. Ia menangis tersedu-sedu…..Ada apa ya dengan anak itu…?
                Saat itu tampak rasulullah, Nabi Muhammad SAW sedang berjalan-jalan di kota Mekah. Ketika Nabi melihat anak yang menangis itu Nabi segera mendekati dan bertanya, “Kenapa engkau menangis nak…? Apa yang kau tangiskan…?”
Anak itu menjawab, “Ayah dan Ibu saya sudah tidak ada, sedang hari Raya sudah dekat….Saya lihat teman-teman saya bergembira dengan ayah, ibu dan keluarga mereka. Saya sedih tidak ada Ayah dan Ibu yang mengasuh dan memelihara saya, tidak ada keluarga yang member i  saya makan…”
                Mendengar itu Rasulullah sangat terharu. Dibujuknya anak itu. Dipeluknya dengan penuh sayang. Diusap-usapnya kepala anak itu sambil berkata, “Sekarang berhentilah menangis, nak. Maukah engkau menjadikan Muhammad ini Ayahmu? Aisyah menjadi Ibumu dan Fatimah menjadi saudaramu?
                Anak itu terkejut dan segera berhenti menangis. Dia tidak menyangka ternyata orang yang membujuknya, yang membelai-belai rambutnya adalah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang tentu saja dia mau…
                Menjadi anak dari orang yang mulia, betapa senangnya  merasakan mempunyai ayah, ibu dan keluarga kembali.
                Nabi segera membawa anak itu pulang. Sesampainya di rumah, anak itu segera dibersihkan badannya oleh Ibunda Aisyah dan di pakaikan dengan pakaian yang bersih. Wajah anak itupun berseri karena gembira. Semenjak itu dia tinggal bersama keluarga Nabi. Nabi lah yang menjaga dan memelihara anak itu.
                Menjadi Ibu yang mencintai anak-anak buah hatinya adalah peran yang sangat istimewa dan tentu saja sangat mulia di sisi Allah SWT. Apalagi jika menjadikan dirinya sebagai Ummu Madrasatun, sekolah bagi anak-anaknya. Peran seorang ibu yang acapkali di sebut sebagai  Tiang Negara sangatlah benar. Jika pendidikan anak-anak begitu dipercayakan penuh padanya agar  Negara ini menjadi Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafurun , maka tugas mana lagi yang akan diemban seorang wanita muslimah selain menjadikan dirinya Ibu yang baik dan multi peran dalam pengasuhan anak-anaknya.
                Menjadi sangat wajar dan biasa ketika ia mencintai anak-anak yang terlahir dari rahimnya. Ia sudah mengandung dan merawat dengan segenap jiwanya. Sejak dari  kandungan dalam keadaan susah dan semakin bertambah dari hari kehari hingga berganti bulan, sampai  genaplah hitungan ke sembilan bulannya lebih sepuluh hari. Menahan sakit dan penuh perjuangan saat melahirkannya. Masih di tambah merawat dan menjaganya sampai si Buah Hati beranjak dewasa. Saat ia sudah bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Seorang Ibu memang luar biasa. Semoga Allah terus menjaga keikhlasannya.
                Menjadi tidak biasa, ketika seorang Ibu bisa berbagi cinta dengan anak orang lain. Anak –anak yang mungkin tidak mendapat kesempatan mendapatkan Ibu yang baik, keluarga yang menyayangi dan lingkungan yang nyaman untuknya. Berbagi kebahagiaan, mencintai seperti anaknya sendiri. Semoga Allah merahmati Ibu-ibu luar biasa ini.
                Rasulullah berwasiat pada kita, “Barang siapa yang menyayang, maka dia akan di sayang.” Bukan sebuah kebetulan ketika kita menghampiri kemudian mengulurkan tangan kita penuh kasih, untuk mampu membelai  kemudian menyantuni anak-anak kurang beruntung tadi. Ada sebuah proses untuk  memulai dan menjadi sebuah kebiasaan baik untuk segera dilakukan.
                Rasulullah SAW bersabda: “Saya dan orang yang menyantuni anak yatim seperti ini “– beliau memberikan isyarat dengan telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan diantara keduanya.
“Barangsiapa menggabungkan seorang anak yatim diantara kaum muslimin dalam makan dan minumnya sehingga dia berkecukupan, maka baginya surga.”
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW mengadukan tentang hatinya yang membatu, maka Nabi SAW bertanya kepadanya; “Apakah kamu menjadi lembut dan kamu mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya dan berikanlah makan kepadanya dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.”
                Wahai muslimah, ditanganmu ada kelembutan yang bermuara di hatimu. Tidakkah kalian ingin berdampingan dengan Rasulullah di surgaNya? Inginkah pintu surga terbuka lebar untukmu? Maka, lembutkan hatimu dengan menabur cinta untuk anak-anak itu. Anak-anak selain anak-anak kita sendiri. Agar hati kita terasah kelembutannya.  Agar cinta kita menjadi tidak biasa.                    
  (Malang, Apr’11)


Pada Bait Pertama

Pada Bait Pertama

Pada bait pertama
Kita mulai saling sapa
Apa cita kita berumah tangga
Pada bait pertama
Kita bertanya
Berapa banyak jejak kecil di lantai rumah kita
Pada bait pertama
Kita bermimpi
Seberapa besar rumah tinggal kita

dan kini.....
Bait demi bait cinta kita
tergores manis dalam bingkai taqwa

karena semua bercita sama
berkumpul kembali di SurgaNya






















Senin, 11 Januari 2016

Ka'ab dan Iblis

Antara Ka'ab dan Iblis

Sudahkah sampai kepadamu kisah Ka'ab bin Malik
Saat bumi terasa sempit 
Bertambah dengan himpitan langit menekan pahit
Tak seorang mau bersapa
Tak sembarang mau bercinta
Cukuplah derita mendera
Dalam gelimang nista tertinggal dari medan laga

Jauhnya melebihi sesak batin

Ingatkah saat gurumu menceritakan kisah Iblis
Yang tercabut nikmat hanya sekali saja khilaf
Menolak sujud pada Adam terburai tanah
Serasa lebih mulia oleh percik api darinya
Sepuluh ribu tahun beribadah terlempar begitu saja
Tiada guna karena sombong terasa lebih mulia


Apakah yang membuat berbeda
Antara keduanya
Maka beruntunglah yang membasahi jiwanya dengan taqwa
Dan merugilah yang mengotorinya




@ode_jan'16