Menjadi Guru Inspiratif, Menyemai Bibit Bangsa
Oleh: Lenny Oktaviana Dewi, S.Pd
(Guru
SDIT Insan Permata Malang)
Judul
Buku : Menjadi Guru
Inspiratif, Menyemai Bibit Bangsa
No. ISBN :
978-602-8811-80-4
Penulis : A. Fuadi, dkk
Penerbit
: Penerbit
Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tebal
Buku : + 186 halaman
Tahun Terbit
: Desember 2012
Kategori : Fiksi
Tentang para Penulis :
Rahman Adi Pradana, biasa dipanggil Adi, adalah alumni Pengajar Muda dari
Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Adi ditempatkan selama satu tahun untuk
mengajar di SDN Indong, Desa Indong, Pulau Mandioli, Kabupaten Halmahera
Selatan, Provinsi Maluku Utara pada 2010-2011 lalu. Adi sempat bekerja di dua
perusahaan multinasional setelah lulus. Saat ini Adi bekerja sebagai staf di
salah satu Unit Kerja Presiden.
Rakhmawati Agustina, lahir di Semarang pada 8 Agustus 1989. Anak kedua
dari tiga bersaudara ini memiliki hobi membaca dan menulis. Saat ini Rakhma
tinggal di Jln. Parang Baris 8 No.10 Perumnas Tlogosari-Semarang, Jawa Tengah.
Penulis sangat terinspirasi oleh Penulis buku dan penyanyi Dewi “Dee” Lestari.
Faradhilla Ayu Rahma Dhevi, dengan nama pena Faradhilla Dhevi, lahir di
Tulungagung, 11 Februari 1992. Putri pertama dari pasangan Bapak Suhardi dan
Ibu Wassilatu Rohima. Meski berstatus sebagai mahasiswi Farmasi, kecintaan
terhadap satra membuat Fara tak berhenti bermimpi untuk menjadi penulis.
Muhammad Al Aliy Bachrun masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di Institut
Studi Islam Darussalam Gontor (ISID) pada Fakultas Syari’ah Program Studi
Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH). Pria kelahiran 10 Juni 1991 ini pecinta traveling
dan nonton film. Saat ini tinggal di Kompleks Pondok Modern Darussalam
Gontor 1 Ponorogo, Jawa Timur
Sofa Nurdiyanti adalah Sarjana Psikologi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Nur pernah aktif dalam LPM “Eksis” dan anggota jurnalistik di FKM
BUDI UTAMA. Setelah lulus dari Universitas Sanata Dharma pada 2010, Nur
mendapat beastudi Sekolah guru Indonesia (SGI) dari Dhompet Dhuafa dan
ditempatkan sebagai guru di Surabaya salama satu tahun. Ia kini kembali
menjalani profesi sebagai guru di Smart School Al Haamidiyah, Jakarta Selatan.
Alita Soeyadi adalah nama pena dari Alita Endah Susanti. Kelahiran
Surabaya, 5 Oktober 1980. Sedang menempuh S-2 pada Jurusan Pendidikan Anak Usia
Dini. Disela-sela kuliah, ia masih aktif menulis untuk berbagai media.
Rosmery Ashalba adalah nama pena dari Rosi Meiliani, bermukim di
Worcester Inggris. Penulis telah menghasilkan belasan buku antologi dan puluhan
tulisan yang dimuat di media cetak, berupa tulisan perjalanan, opini, artikel,
dan parenting.
Nabila Anwar, lahir dan tumbuh di Kediri. Menikmati pendidikan
akhir di P3HM Lirboyo Kota Kediri. Saat ini menyibukkan diri dengan kegiatan
literer dan mengabdi di Yayasan Al-Amin Kediri. Runway Days, novel
pertamanya, diterbitkan oleh Bentang Belia.
Siswiyantisugi hingga saat ini masih setia mengajar bahasa Indonesia
di sebuah bimbingan belajar yang berkantor pusat di Kota Bandung. Mengajar,
menulis dan traveling membuat hidupnya terasa lebih hidup. Beberapa buku
antologinya yang sudah terbit; A Cup of Tea Single Mom (Stiletto
Book,2011), Storycake for Ramadhan (GPU, 2011), Baby Traveller (Delasarfa
Books, 2011), Happy Mom (Elex Media, 2012)
Dewi Yuliasari (Dee ‘d Barry) adalah seorang ibu dari
Al-Farrel, Al-Fahsya, Aleesha, dan Almeera, sekaligus “a born teacher” yang
mendedikasikan hidupnya untuk melihat senyum keberhasilan para anak didiknya.
Dwi Yulianti, penulis kelahiran Banjarnegara, 20 Juli 1978. Dulu
pernah kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Pendidikan Fisika.
Beberapa cerpennya pernah dimuat di majalah sejak 1990-an. Saat ini penulis
tinggal di Perumahan Pesona Merapi Asri No A1, Tegalyoso, Klaten Selatan,
Klaten.
Febi Mutia, lahir di Banda Aceh, 4 Februari 1987. Penulis menghabiskan masa sekolah
di Banda Aceh dan mulai gemar membaca dan menulis sejak usia Sekolah Dasar.
Lalu merantau ke Bandung pada 2004 demi menempuh studi di Teknik Pertambangan
ITB. Kini sedang melanjutkan studi master di Universitat Gottingen, Jerman.
Taufiqa Hidayati (Fiqa), lahir di Jakarta, 32 Oktober 1992. Perempuan yang
pernah menjadi juara favorit penulisan artikel internet cerdas ingkat nasional
oleh Komunitas ICI ini, kini melanjutkan pendidikan di Poltekkes Kemenkes
Jakarta III Program Studi Kebidanan Cipto Mangunkusumo. Fiqa juga aktif dalam
kepengurusan Rohis BEM Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Saatnya Menanam
Buku ini adalah kumpulan kisah nyata para penulisnya.
Saat sepenggal kisah hidupnya terjalankan di ruang-ruang kelas dengan aneka
kisah dan kasih. Di punggawai oleh Ahmad
Fuadi, penulis yang sangat fenomenal dengan buah penanya dalam Novel Best
Seller “5 Menara” beliau menggandeng 13 penulis yang semuanya adalah Guru
Peradaban.
Entah
mengapa, begitu membuka lembar pertama pembaca akan terbawa suasana haru biru
dalam suka duka seorang guru. Maka, menjadi guru ibarat seorang petani, petani
peradaban. Mereka menyiapkan bahan dan lahan belajar di kelas, memelihara
baik-baik bibit penerus bangsa, menyirami mereka dengan ilmu dan memupuk jiwa
mereka dengan karakter luhur. Bila tiba masa kelulusan, guru akan tersenyum
bahagia ketika anak didiknya meninggalkan sekolah, tumbuh besar, dan memberi manfaat
buat orang lain. Guru yang ikhlas adalah petani yang mencetak peradaban.
Ada banyak pelajaran alam dari
testimoni ke tiga belas guru dalam buku ini. Penggambaran kebersahajaan,
kepolosan, keluguan, ketidak beradaan sarana dan prasarana belajar atau perjalanan
menempuh medan yang penuh kesulitan, semua adalah nafas semangat yang tak
pernah padam walau tugas-tugas tertuntas sudah. Membacanya adalah membayangkan
“Pahlawan tanpa Tanda Jasa” yang sering dinyanyikan murid-murid saat wisuda
sekolah di kota-kota besar. Gambaran itu bisa kita dapatkan pada “Merah Putih
di Kaki Langit Indong” tulisan Rahman Adi Pradana
Kegigihan seorang Guru memotivasi
murid-muridnya untuk tetap semangat belajar, kreativitas membangun suasana
belajar, mentauladankan cinta dan perhatian bisa kita dapatkan pada tulisan
Rahmawati Agustina pada “Pejuang Pasar” atau Muhammad Al Aliy Bachrun dalam
“Ping Sewu”
Ataupun semangat itu sendiri yang
mutlak harus dimiliki seorang guru di tengah segala keterbasan seperti cerita
Alita Suyadi pada “Kelas Matahari” dan Siswiyantisugi dalam “Menjadi Guru Tak
Biasa”
Dan
pelajaran hati itu, menjadikan kita para pembaca menunduk malu dan terpekur
sedu, saat mendapati diri di tengah segala kemudahan dan fasilitas dunia
belajar, biasa-biasa saja menoreh prestasi. Mungkin kita perlu berada di posisi
mereka para Petani Peradaban ini, kalau ternyata kita merasa salah menentukan
pilihan hidup untuk menjadi seorang GURU.
Kisah-kisah dalam buku ini bukti
nyata, bahwa pendidikan tidak terbatas pada a,b,c,d….yang diteriakkan di dalam
kelas. Tetapi bakti dan janji yang diberikan seorang guru yang berjuang membawa
perubahan.
Buku ini sangat layak dibaca oleh guru-guru yang
kehilangan semangat berjuang karena gaji kecil dan sertifikasi yang tak kunjung
cair….maupun para tuan guru yang telah lelah berpayah dalam ikhlas dan rendah
hati. Agar semangat tak terhenti. Untuk terus berbakti mengukir prestasi,
terutama di hadapan Ilahi atas janji membawa sejumput amal budi, sebagai
pemberat timbangan bakti.