Selasa, 31 Mei 2011

Membersamai Malaikat

Membersamai Malaikat
Oleh: Lenny Oktaviana Dewi, S.Pd
                Ali Mutawali Ali pernah memberikan nasihat pada kaum perempuan: “Kalian dapat merasakan kehadiran malaikat jika perasaan kalian lembut, terbiasa beribadah dan jiwa kalian telah mencapai kepatuhan yang tinggi pada Allah SWT. Sehingga semangat kalian tidak pernah padam berkat ketangguhan dan kebiasaan. Kalian memiliki budi pekerti yang mulia berkat ketenangan, toleransi, suka memaafkan, kasih sayang dan ketaqwaan. Kalian pun sering melaksanakan sholat malam, menangis dalam kesendirian, merindukan bertemu Allah dan memiliki kecintaan yang begitu membara pada Allah SWT. Kalian akan merasakan alam ghaib itu seolah-olah dapat disaksikan oleh penglihatan biasa.”
                Dalam setiap sisi kehidupan perempuan yang menarik, pastilah ada rahasia dibaliknya. Mengapa perempuan menjadi istimewa, adakah motivasi yang melatar belakanginya? Membersamai malaikat adalah salah satunya.
                Kekhasan perempuan adalah pembawaannya yang lembut. Jiwa-jiwa yang terasah dengan kepekaan, mudah tersentuh dan tergerak hati, empati yang berbuah simpati  sangat mungkin kita miliki. Apalagi pada setiap perempuan yang telah diberi amanah anak dalam kehidupannya. Bergaul dan bersentuhan langsung dengan anak-anak menjadikan jiwa dan perasaan kita lembut. Perasaan itu terasah secara alami dalam jiwa-jiwa kita.
                Sementara itu, lembutnya jiwa adalah efek dari menjalani  ibadah dalam setiap dimensi kehidupan kita. Dan itu artinya memaknai ibadah kita adalah menjadikan aktivitas kita dari bangun  tidur hingga berangkat tidur lagi semata mengharapkan keridhoan Allah SWT. Setelah memuji Allah SWT dalam jaga, maka aktivitas selanjutnya adalah menjadi ahli ibadah sepanjang hayat kita. Semua terbingkai dalam tasbih, tahmid dan takbir. Maka insyaallah setiap jenak hidup kita tak ada yang sia-sia.
                Muslimah sholihat, qonitat dan mukminat adalah sebaik-baik perhiasan. Begitu Rasulullah SAW menggambarkan tentang keindahan fatamorgana dunia. Dan semua itu bisa diperoleh karena kita mempunyai keindahan budi pekerti. Budi pekerti yang berarti akhlaq adalah sebuah spontanitas tanpa disengaja terlebih dahulu. Bagaimana itu bisa menjadi milik kita? Mari kita belajar untuk mengasah jiwa dengan ketenangan. Belajar mengendalikan amarah dan melatih kesabaran kita. Motivasi besar dari Allah SWT dalam firmanNya: “ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu  dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu)  yang menginfaqkan hartanya  di waktu lapang dan sempit dan yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.  (QS: Ali Imron ayat 133-134)
                Pelaku kebaikan adalah pemilik taqwa. Dan dengan ketaqwaan itulah kita akan membersamai malaikatNya. Berlaku baik bisa dilakukan siapa saja, dimana saja dan dalam dimensi apa saja. “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl:97)
                Sekali lagi tentang kelembutan jiwa. Membersamai malaikat adalah ketika kita mengetuk sepertiga malam terakhir dalam kesendirian. Memuji keharibaanNya. Mengadukan kesah dan syukur kita. Menghiba dan terus tengadah pinta. Kiranya Allah berkenan turunkan rahmatNya. Melalui malaikat yang sentiasa patuh dan taat tanpa nafsu bergeliat.
Merasakan alam gaib itu, adalah saat kita cucurkan air mata. Mengingati dosa dan khilaf tersesal. Mengharap Sang Pemaaf menerima taubat dan tunduk hina kita. Perempuan yang lembut jiwanya. Menjadikan tetes air matanya sebagai pemadam api neraka. Terus mencoba berbenah dan mengasah peka. Sesungguhnya hati yang gelisah karena dosa meski hanya seberat dzarah tak akan menyesal mencucurkan setiap tetesnya.
Karenanya setiap motivasi yang mendatangkan kebaikan dari hari kehari harus menjadi milik kita. Dan kehadiran alam gaib itu adalah motivasi besar kita. Sebagaimana generasi para sahabat yang tiada tandingannya hingga detik ini. Mereka bergerak dan terus melangkahkan jengkal kakinya mendekati surga. Melihat seakan-akan surga  ada di depan mata. Sebuah energi yang luar biasa. Karena mereka merasakan kehadiran alam gaib dalam setiap desah nafasnya.
Kelembutan jiwalah yang menjadikan perempuan seperti Ummu Sulaim mampu mengolah rasa. Bagaimana mungkin jiwa yang biasa-biasa saja mampu menuturkan sedih dan kehilangan dengan sebuah pekerti yang bijak bestari. Betapa indahnya pemilik kelembutan itu bertutur saat anak yang dicintainya diambil Sang Pemilik jiwa. Di sampaikannya dengan hati-hati setelah melayani sang suami,   “Wahai suamiku, apa yang kita lakukan saat kita diberi titipan oleh seseorang?” tanyanya membuka dialog cinta.
“Kita akan menjaganya dengan baik,” jawab Abu Thalhah suaminya.
“Jika pemilik titipan itu meminta dan mengambil kembali barang yang dititipkannya pada kita, apa yang kita lakukan?” tanya Ummu Sulaim lagi.
Abu Thalhah sang suamipun menjawab,”Kita akan berikan dan kembalikan.”
“Suamiku, sesungguhnya  Allah telah meminta kembali anak yang dititipkannya pada kita semalam,” tutur Ummu Sulaim selanjutnya. Betapa terkejut dan marahnya Abu Thalhah mendengar penuturan sang istri. Dengan berang dilaporkannya kepada Rasulullah atas perbuatan istrinya yang mengabarkan berita kematian anak mereka setelah apa yang telah mereka lakukan berdua saat itu. Baginda Rasulullah tersenyum arif dan berkata,”Semoga Allah merahmati dan memberkahi apa yang telah kalian lakukan semalam.”
Menjadikan Malaikat sebagai karib kita bukan sebuah keniscayaan. Masih ada kesempatan berteman dan membersamainya dalam hari-hari kita menuju perjumpaan dengan Allah SWT. Semoga jiwa-jiwa yang taat dan patuh milik malaikat mampu menyublim kedalam lubuk hati kita. Karena membersamainya adalah asa jiwa-jiwa yang taqwa. Adakah bekal yang lebih baik dari bekal taqwa itu sendiri?            “Dan berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa,”  (QS. 2:197)                                                                                                                                                                                                       Malang. Mei 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar