Selasa, 12 Januari 2016

Agar Cinta Menjadi Tidak Biasa
(Oleh: Lenny Oktaviana Dewi, S.Pd)
Suatu hari….menjelang hari Idul Fitri seorang anak tampaknya sangat sedih. Ia menangis tersedu-sedu…..Ada apa ya dengan anak itu…?
                Saat itu tampak rasulullah, Nabi Muhammad SAW sedang berjalan-jalan di kota Mekah. Ketika Nabi melihat anak yang menangis itu Nabi segera mendekati dan bertanya, “Kenapa engkau menangis nak…? Apa yang kau tangiskan…?”
Anak itu menjawab, “Ayah dan Ibu saya sudah tidak ada, sedang hari Raya sudah dekat….Saya lihat teman-teman saya bergembira dengan ayah, ibu dan keluarga mereka. Saya sedih tidak ada Ayah dan Ibu yang mengasuh dan memelihara saya, tidak ada keluarga yang member i  saya makan…”
                Mendengar itu Rasulullah sangat terharu. Dibujuknya anak itu. Dipeluknya dengan penuh sayang. Diusap-usapnya kepala anak itu sambil berkata, “Sekarang berhentilah menangis, nak. Maukah engkau menjadikan Muhammad ini Ayahmu? Aisyah menjadi Ibumu dan Fatimah menjadi saudaramu?
                Anak itu terkejut dan segera berhenti menangis. Dia tidak menyangka ternyata orang yang membujuknya, yang membelai-belai rambutnya adalah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang tentu saja dia mau…
                Menjadi anak dari orang yang mulia, betapa senangnya  merasakan mempunyai ayah, ibu dan keluarga kembali.
                Nabi segera membawa anak itu pulang. Sesampainya di rumah, anak itu segera dibersihkan badannya oleh Ibunda Aisyah dan di pakaikan dengan pakaian yang bersih. Wajah anak itupun berseri karena gembira. Semenjak itu dia tinggal bersama keluarga Nabi. Nabi lah yang menjaga dan memelihara anak itu.
                Menjadi Ibu yang mencintai anak-anak buah hatinya adalah peran yang sangat istimewa dan tentu saja sangat mulia di sisi Allah SWT. Apalagi jika menjadikan dirinya sebagai Ummu Madrasatun, sekolah bagi anak-anaknya. Peran seorang ibu yang acapkali di sebut sebagai  Tiang Negara sangatlah benar. Jika pendidikan anak-anak begitu dipercayakan penuh padanya agar  Negara ini menjadi Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafurun , maka tugas mana lagi yang akan diemban seorang wanita muslimah selain menjadikan dirinya Ibu yang baik dan multi peran dalam pengasuhan anak-anaknya.
                Menjadi sangat wajar dan biasa ketika ia mencintai anak-anak yang terlahir dari rahimnya. Ia sudah mengandung dan merawat dengan segenap jiwanya. Sejak dari  kandungan dalam keadaan susah dan semakin bertambah dari hari kehari hingga berganti bulan, sampai  genaplah hitungan ke sembilan bulannya lebih sepuluh hari. Menahan sakit dan penuh perjuangan saat melahirkannya. Masih di tambah merawat dan menjaganya sampai si Buah Hati beranjak dewasa. Saat ia sudah bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Seorang Ibu memang luar biasa. Semoga Allah terus menjaga keikhlasannya.
                Menjadi tidak biasa, ketika seorang Ibu bisa berbagi cinta dengan anak orang lain. Anak –anak yang mungkin tidak mendapat kesempatan mendapatkan Ibu yang baik, keluarga yang menyayangi dan lingkungan yang nyaman untuknya. Berbagi kebahagiaan, mencintai seperti anaknya sendiri. Semoga Allah merahmati Ibu-ibu luar biasa ini.
                Rasulullah berwasiat pada kita, “Barang siapa yang menyayang, maka dia akan di sayang.” Bukan sebuah kebetulan ketika kita menghampiri kemudian mengulurkan tangan kita penuh kasih, untuk mampu membelai  kemudian menyantuni anak-anak kurang beruntung tadi. Ada sebuah proses untuk  memulai dan menjadi sebuah kebiasaan baik untuk segera dilakukan.
                Rasulullah SAW bersabda: “Saya dan orang yang menyantuni anak yatim seperti ini “– beliau memberikan isyarat dengan telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan diantara keduanya.
“Barangsiapa menggabungkan seorang anak yatim diantara kaum muslimin dalam makan dan minumnya sehingga dia berkecukupan, maka baginya surga.”
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW mengadukan tentang hatinya yang membatu, maka Nabi SAW bertanya kepadanya; “Apakah kamu menjadi lembut dan kamu mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya dan berikanlah makan kepadanya dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.”
                Wahai muslimah, ditanganmu ada kelembutan yang bermuara di hatimu. Tidakkah kalian ingin berdampingan dengan Rasulullah di surgaNya? Inginkah pintu surga terbuka lebar untukmu? Maka, lembutkan hatimu dengan menabur cinta untuk anak-anak itu. Anak-anak selain anak-anak kita sendiri. Agar hati kita terasah kelembutannya.  Agar cinta kita menjadi tidak biasa.                    
  (Malang, Apr’11)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar